KONSEP PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BERKELAS TAK SELALU HARUS MAHAL
Pendidikan
berkelas tidak dapat dikembangkan tanpa sebuah disiplin akan proses-proses yang
mengatur kegiatannya, kata Prof. DR. Ing. Wardiman Djojonegoro. “Ini bisa jadi
sebuah motivasi positif bagaimana sebuah
sistem bemutu menjadi faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sebuah
kualitas pendidikan yang ingin dicapai. Karena sistem mutu yang dikembangkan
akan sangat mempengaruhi sasaran pendidikan, metode pengajaran, dan proses
administrasi, maka berbagai pembekalan dan pelatihan terus ditingkatkan baik di
tatanan guru dan staf.” Tiga komponen sekolah bermutu :
Sekolah yang mampu memberikan
layanan optimal kepada seluruh anak dgn berbagai perbedaan bakat, minat
kebutuhan belajar.
Mampu meningkatkan secara
signifikan kapabilitas yang dimiliki anak didik menjadi aktualisasi diri yang
memberikan kebanggaan.
Mampu membangun karakter
kepribadian yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri siswa.
Pada
dasarnya sebuah lembaga pendidikan dengan mutu baik termaktub dalam
visi-misinya ketiga komponen tersebut. Visi-misi yang menyiratkan ciri khas
lembaga. Ciri sekolah unggul adalah:
•
Mampu memberikan layanan
pendidikan yg efektif, mampu mengoptimalkan tumbuh kembang bakat, minat dan
potensi siswa.
•
Mampu membangun karakteristik
kepribadian yang kokoh.
•
Mampu menjadi tempat penyemaian
nilai-nilai baru bagi berkembangnya masyarakat masa depan.(School that learn)
Lembaga
pendidikan bermutu memiliki aspek-aspek untuk direalisasikan. Adapun aspek-aspek
yang urgen untuk segera dibenahi di sekolah masa depan:
Membangun karakter anak didik.
(character
and nation building perlu diwujudkan).
Menciptakan suasana belajar yg
menyenangkan.
Membangun nilai-nilai baru yang
sesuai dengan tuntutan masyarakat masa depan. (knowledge society, knowledge
worker)
Kepercayaan diri, team work,
task commitment.
Kinerja pengawas, guru,
pustakawan, laboran, tata usaha, dan partisipasi masyarakat.
Hasil Penelitian Sistem Sekolah secara umum
1.
Berpusat pada Jasmani saja,
bukan pada Jasmani dan Rohani (Holistic) kurangnya pemahaman mengenai aspek
rohani yang meliputi fungsi-fungsi kerja otak dan psikologi perkembangan anak
dll.
2.
Berpusat pada kepentingan guru
bukan murid (yang penting sdh ngajar tak perduli murid mengerti atau tidak)
Pertanyaan yang lazim diantara para guru dan kepala sekolah....eh sudah sampai
dimana ngajarnya....? wah aku mesti ngebut nich waktunya sudah hampir habis.
3.
Berpusat pada target
materi/kurikulum bukan dinamika kelas (yang penting target selesai, tak perduli
kelas pasif, ribut atau murid bolos sekalipun)
4.
Berpusat pada pemahaman fungsi
otak yang terbatas (IQ) bukan pada Multiple Intelligence (Kecerdasan Unik tanpa
batas) Pengakuan anak pandai yang sangat terbatas pada kemampuan Eksakta &
Verbal. “Jadi wajar bila dalam tiap kelas paling-paling Cuma ada 5 orang saja
yang pandai dan bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
5.
Berpusat pada kemampuan Naluri
Mengajar bukan pada keahlian profesional mengajar berdasarkan pelatihan.
(Sebagian besar guru mengajar berdasarkan naluri dan sedikit pengalaman
bagaimana mereka dulu di ajar)
6.
Berpusat pada LOWER ORDER
THINKING bukan Highly Order Thinking. (Menghapal soal yang Jawaban sudah
ada/dimiliki gurunya)
7.
Berpusat pada 1 Model TES
(Verbal Test Model/Schoolastic Aptitude Test) bukan berdasarkan tes beragam
yang disesuaikan dengan jenis bidang dan mata ajar dan keunggulan spesifik
anak.
8.
Berpusat pada hasil akhir
(hanya sebagai uji ingatan bukan pada proses perbaikan yang diamati dan dicatat
dari waktu kewaktu)
9.
Berpusat pada proses Imaginatif
bukan realitas (anak kita tidak pernah mengerti manfaat ilmu yang diajarkan
bagi realitas hidup mereka kelak)
10.
Guru sebagai sumber kebenaran
(sindrom Teko Cangkir bukan korek api dan kayu bakar) bahwa guru hanya sebagai
menuang air bukan pembangkit minat belajar anak.
11.
Berpusat pada ruang dan tempat
yang terbatas. (Bayangkan anda duduk di satu ruangan selama berjam-jam, apa
lagi kursinya keras) nah itulah yang dialami murid-murid di sekolah kita, duduk
di bangku yang keras selama berjam-jam.
12.
Miskinnya pemberian dukungan
belajar/Motivasi dari para guru (guru lebih suka memuji yang sukses dari pada
membangkitkan yang gagal serta memuji usaha kebangkitannya, terlepas dari
kegagalan demi kegagalan (Sindrom Belajar Sepeda). Dalam belajar sepeda kita
bisa baru bisa naik sepeda setelah beberapa kali mengalami kegagalan. Tidak
pernah ada anak yang langsung bisa naik sepeda tanpa pernah jatuh.
13.
Guru sebagai penguji bukan
sebagai pembimbing, Guru merasa tidak bertanggung jawab terhadap kegagalan para
siswanya dalam ujian yang dibuatnya sendiri. Salah satu sistem pendidikan di
perguruan tinggi di AS. menempatkan dosen sebagai pendamping, sedangkan yang
menentukan kelulusan adalah pihak luar sekolah yang juga merupakan user dari si
siswa. Kegagalan siswa dalam ujian sekaligus menunjukkan kegagalan dosen dalam
mengajar.
14.
Berpusat pada Tradisi bukan
Kreatifitas (HOT SPOT – Hot Spot adalah kurikulum dinamis dan pembahasan
masalah yang tidak didasarkan pada buku wajib, malainkan dibahas dan
dikembangkan dari kasus-kasus yang sedang terjadi disekitar kehidupan
anak-anak), Sementara Tradisi Kurikulum adalah statis, selalu sama yang
diajarkan dan sering kali tidak relevan dengan perubahan zaman yang dialami
siswanya sekarang, sehingga pendidikan dari waktu-kewaktu tidak mengalami
kemajuan. Ingat waktu kita masih kecil bagaimana kita diajari menggambar.....
apa yang yang kita gambar.....? Pemandangan dengan dua buah gunung, jalan di
tengahnya, pohon di pinggir jalan.....? nah itulah salah satu contoh metode
“Tradisi” dalam mengajar.
15.
Sekolah Lebih tepat disebut
sebagai Lembaga Pengajaran bukan Lembaga Pendidikan, (Mengajar adalah membuat
tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa sedangkan Mendidik adalah
membuat anak tidak mau menjadi mau.) Sasaran mengajar adalah Ilmu sedangkan
sasaran mendidik adalah moral dan karakter. Oleh karena wajar jika banyak anak
didik di sekolah yang justru memiliki karakter sama seperti orang yang tidak
terdidik.
Hasil Riset Sistem Sekolah Berbasiskan
Multiple Intelligence dan Holistic Learning
Selain
memperhatikan unsur-unsur tersebut di atas, ada beberapa poin yang dapat
membantu orang tua dalam memilih sekolah yang benar-benar berkualitas bagi masa
depan anaknya.
1.
Memiliki Konsep Sekolah yang
jelas dan tepat.
Konsep sekolah sangat penting, karena konsep ibarat sebuah “resep” dalam pembuatan kue, Hanya konsep yang tepat sajalah yang akan menghasilkan kue-kue yang berkualitas. Oleh karena itu jenis kue yang sama sering kali memiliki rasa yang berbeda-beda. Hanya kue dengan resep yang tepatlah yang dapat menghasilkan rasa yang lezat dan disukai.
Konsep sekolah sangat penting, karena konsep ibarat sebuah “resep” dalam pembuatan kue, Hanya konsep yang tepat sajalah yang akan menghasilkan kue-kue yang berkualitas. Oleh karena itu jenis kue yang sama sering kali memiliki rasa yang berbeda-beda. Hanya kue dengan resep yang tepatlah yang dapat menghasilkan rasa yang lezat dan disukai.
2.
Pemahaman yang mendalam akan
konsep sekolah.
Seluruh jajaran mulai dari pimpinan, guru, administrasi secara keseluruhan mengetahui dan memahami Konsep Dasarnya yang dimiliki oleh sekolahnya, dan menerapkan konsep tersebut kepada siswa dalam proses belajar dan mengajar.
Seluruh jajaran mulai dari pimpinan, guru, administrasi secara keseluruhan mengetahui dan memahami Konsep Dasarnya yang dimiliki oleh sekolahnya, dan menerapkan konsep tersebut kepada siswa dalam proses belajar dan mengajar.
3.
Program Pengembangan SDM yang
kontinu.
Guru-guru yang secara terus-menerus mendapat pelatihan dan program pengembangan yang berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan keahliannya.
Guru-guru yang secara terus-menerus mendapat pelatihan dan program pengembangan yang berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan keahliannya.
4.
Melibatkan Orang tua dan anak
secara aktif.
Proses ini akan sangat membantu kedua belah pihak untuk dapat menjamin tersolusikannya setiap permasalahan anak. Karena anak pada dasarnya merupakan produk orang tua dan sekolahnya. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan mengadakan pelatihan pendidikan bagi orang tua, Voluntary Parent, Pemecahan Problem Prilaku Bersama, Kunjungan ke Objek Pembelajaran Luar Sekolah.
Proses ini akan sangat membantu kedua belah pihak untuk dapat menjamin tersolusikannya setiap permasalahan anak. Karena anak pada dasarnya merupakan produk orang tua dan sekolahnya. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan mengadakan pelatihan pendidikan bagi orang tua, Voluntary Parent, Pemecahan Problem Prilaku Bersama, Kunjungan ke Objek Pembelajaran Luar Sekolah.
5.
Dasar Rekrutmen Guru-guru yang
tepat.
Pemilihan guru dan para pendidik harus lebih mengutamakan pada Kecintaan kepada anak serta bidang pendidikan bukan pada Gelar-gelar akademik semata, karena banyak sekali guru yang bergelar tinggi tapi justru tidak mencintai bidangnya.
Pemilihan guru dan para pendidik harus lebih mengutamakan pada Kecintaan kepada anak serta bidang pendidikan bukan pada Gelar-gelar akademik semata, karena banyak sekali guru yang bergelar tinggi tapi justru tidak mencintai bidangnya.
6.
Guru yang memahami psikologi
perkembangan anak.
Para gurunya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai psikologi anak dan pendidikan. (Psikologi Perkembangan, Gaya Belajar, Komunikasi). Dia bisa menjelasakan tidak hanya apa yang diberikan dalam proses pembelajaran akan tetapi juga mengapa dan untuk apa hal itu diberikan pada anak.
Para gurunya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai psikologi anak dan pendidikan. (Psikologi Perkembangan, Gaya Belajar, Komunikasi). Dia bisa menjelasakan tidak hanya apa yang diberikan dalam proses pembelajaran akan tetapi juga mengapa dan untuk apa hal itu diberikan pada anak.
7.
Para guru yang menguasai
teknik-teknik pengajaran dan pendidikan.
Guru harus menempatkan posisinya sebagai sahabat bagi siswa bukan sebagai instruktur; sehingga siswa merasa belajar dengan sahabatnya bukan dengan instrukturnya.
Guru harus menempatkan posisinya sebagai sahabat bagi siswa bukan sebagai instruktur; sehingga siswa merasa belajar dengan sahabatnya bukan dengan instrukturnya.
8.
Sistem dan Pola Pembelajaran yang
mengacu pada proses perkembangan kemampuan secara berkala, bukan pada ujian
akhir.
Penilaian hasil sebuah pembelajaran adalah proses peningkatan dari waktu-kewaktu kemampuan siswa, mulai dari tidak bisa menjadi bisa dan mahir bukan hanya berbasiskan tes/ujian di akhir masa pembelajaran saja. Sistem ini disebut sebagai “Portfolio Management”
Penilaian hasil sebuah pembelajaran adalah proses peningkatan dari waktu-kewaktu kemampuan siswa, mulai dari tidak bisa menjadi bisa dan mahir bukan hanya berbasiskan tes/ujian di akhir masa pembelajaran saja. Sistem ini disebut sebagai “Portfolio Management”
9.
Sistem Pendidikan dan
Pengajaran yang memberdayakan kemampuan unggul “unik” setiap anak. Tidak
memberlakukan sistem ranking dan rata-rata kelas, akan melainkan menggunakan
sistem yang mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan masing-masing individu
dengan berfokus pada keunggulannya. Sehingga anak paham akan potensi keunggulan
dirinya masing-masing.
10. Tidak
menggunakan kelas sebagai satu-satunya tempat belajar.
Setiap tempat adalah tempat belajar yang baik dan sempurna bagi siswa, sementara kelas adalah hanya salah satunya.
Setiap tempat adalah tempat belajar yang baik dan sempurna bagi siswa, sementara kelas adalah hanya salah satunya.
11. Tidak
menggunakan papan tulis dan buku sebagai satu-satunya media belajar. Media
belajar yang baik adalah dengan membuat alat pembelajaran sendiri dari
lingkungannya dengan mengandalkan ide-ide kreatif dari guru dan siswa. Buku dan
papan tulis hanyalah alat bantu untuk memvisualisasikan apa yang diinginkan
oleh guru pada siswanya.
12. Materi
yang seimbang antara akademik dan life skill.
Di luar sekolah anak akan menghadapi berbagai macam tantangan kehidupan nyata bagi dirinya saat ini dan kelak setelah dewasa. Oleh karena itu pembelajaran kehidupan dan bagaimana untuk dapat hidup dimasyarakat jauh lebih utama untuk dikuasai oleh para siswa. Bukan hanya mengagung-agungkan nilai EBTA, Sumatif Tes atau IPK, yang nyata-nyata kontribusinya tidak besar bagi sukses kehidupan anak kelak.
Di luar sekolah anak akan menghadapi berbagai macam tantangan kehidupan nyata bagi dirinya saat ini dan kelak setelah dewasa. Oleh karena itu pembelajaran kehidupan dan bagaimana untuk dapat hidup dimasyarakat jauh lebih utama untuk dikuasai oleh para siswa. Bukan hanya mengagung-agungkan nilai EBTA, Sumatif Tes atau IPK, yang nyata-nyata kontribusinya tidak besar bagi sukses kehidupan anak kelak.
13. Mau
menerima masukkan dari luar untuk proses pengembangan sistem pembelajaran.
Jelas bahwa sekolah bukanlah institusi yang paling sempurna dalam mendidik dan
mengembangkan kemampuan siswa, oleh karenanya sekolah sangat memerlukan
berbagai masukan yang tepat dari berbagai pihak untuk dapat mendidik lebih
baik.
14. Anak
antusias, kreatif, kritis dan senang sekali bersekolah dan diajak bicara
tentang sekolahnya. Ini merupakah alat ukur yang paling mudah bagi orang tua
yang ingin mengetahui apakah sekolah yang dipilihnya cocok untuk anaknya.
15. Anak
akan menjadi lebih baik dalam waktu 3 s/d 6 bulan.
Sistem pendidikan yang baik tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mengembangkan anak didiknya, baik yang berhubungan dengan kemampuan krititis ataupun prilaku terpuji dari anak. Perubahan itu seharusnya akan mulai terlihat dan dirasakan oleh orang tua pada semester-semester awal dan terus berlangsung sepanjang periode pembelajaran.
Tujuan pendidikan holistik membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demokratis dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya.
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya:
(1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif;
(2) prosedur pembelajaran yang fleksibel;
(3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu,
(4) pembelajaran yang bermakna, dan
(5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
SMPIT PERMATA MADANI adalah sebuah institusi pendidikan yang mengaplikasikan model Holistic Learning terintegrasi dengan basis Al Qur'an.
Sistem pendidikan yang baik tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mengembangkan anak didiknya, baik yang berhubungan dengan kemampuan krititis ataupun prilaku terpuji dari anak. Perubahan itu seharusnya akan mulai terlihat dan dirasakan oleh orang tua pada semester-semester awal dan terus berlangsung sepanjang periode pembelajaran.
PROFIL PENDIDIKAN SMPIT PERMATA MADANI
Tujuan pendidikan holistik membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demokratis dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya.
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya:
(1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif;
(2) prosedur pembelajaran yang fleksibel;
(3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu,
(4) pembelajaran yang bermakna, dan
(5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
SMPIT PERMATA MADANI adalah sebuah institusi pendidikan yang mengaplikasikan model Holistic Learning terintegrasi dengan basis Al Qur'an.
0 komentar:
Posting Komentar